Latest Post

Asal Mula Leluhur Orang Jawa

Written By Unknown on Jumat, 03 Mei 2013 | 17.59


Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera. Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.

Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.

Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim

Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis, dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.

Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.
Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim.

Brahma adalah Nabi Ibrahim

Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.

Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).

Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).

Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…
3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.
Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah
Yajurveda Ch. 40 V. 8 menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”
Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.
Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).

Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.

Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.

Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim

Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.
Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.

Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.

Keturunan Nabi Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syits (Set, dalam bahasa Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syith merupakan keturunan Adam yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Mahaesa sebagai pengganti anak Adam yang terbunuh. Rupa Syith sangat mirip dengan rupa Adam dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang masa.

Begitu mengasihinya Adam meminta pada Yang Mahaesa supaya kelak keturunan Syits diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa, Malaikat Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajazil paham, bila doa Adam akan selalu didengar dan dikabulkan Yang Mahaesa. Seketika itu pula, tumbuh keinginan Ngajazil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan Syits.

Malaikat Ngajazil terus mengintai Syith dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syith menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat di-sirep, diambil Ngajazil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Malaikat Ngajazil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.

Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasat mata). Sore harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Malaikat Ngajazil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. Anak Dewi Mulat diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.

Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajazil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa.




Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Mahaesa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu.

Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.

Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani.

Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin yang memilih mengabdi padanya.

Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Orabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa.

Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi (Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.

Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di permukaan bumi.

Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang-tinduh. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya.

DILEMA MAHASISWA : IP-TINGGI ATAU BERORGANISASI ?


DILEMA MAHASISWA :
 IP-TINGGI ATAU BERORGANISASI ?
Oleh; Ali Shodikin


MuqaddimahPicture0047
Membicarakan hubungan antara pendidikan akademik dan berorganisasi setidaknya terdapat sebuah pertanyaan yang perlu direnungkan  bersama. Yakni apakah mahasiswa harus mengejar nilai akademik yang tinggi atau harus konsens di organisasi kemahasiswaan ? Yang ideal mestinya kedua hal tersebut bisa diintegrasikan. Sekalipun praktek di lapangan terdapat banyak kendala yang harus diselesaikan, karena setiap pilihan yang diambil mahasiswa akan berimplikasi pada metodologi dan target akhir yang hendak dicapai.
Oleh karena itu, untuk mengawali tulisan ini saya kutipkan dari gusmus. net “Banyak sarjana fresh graduate yang IP-nya cumlaude namun kinerja profesionalnya biasa-biasa saja sehingga karirnya stagnan. Mengapa? Karena sarjana tersebut semasa kuliahnya menjadi mahasiswa kupu-kupu yang ogah berorganisasi dan bersosialisasi sehingga tidak mempunyai kemampuan berkomunikasi yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Belum lagi, banyak profesi tertentu seperti marketing yang tidak hanya membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik tapi juga kemampuan lobbying dan negosiasi. It’s clear, kemampuan komunikasi, lobbying dan negosiasi tidak akan kita dapatkan di bangku kuliah, tapi akan kita temukan melalui aktivitas berorganisasi” http://www.gusmus.net
Menjadi mahasiswa Kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang)  atau mahasiswa kura-kura (kuliah-rapat-kuliah-rapat) ? Mungkin jawaban dari kalangan mahasiswa bisa variatif. Ada yang memilih menjadi mahasisiswa kupu-kupu dan ada juga yang sebaliknya. Dalam perspektif ke-FAI-an mana yang harus dipilih ? Dan inilah yang akan diulas dalam artikel yang singkat ini.

Sukses Kuliah, Organisasi dan Karir
Hemat kita, sukses akademik harus dibarengi dengan kemampuan Soft Skill yang memadahi. Soft Skill yang dimaksud di sini adalah keikutsertaan mahasiswa dalam wadah-wadah organisasi kemahasiswaan kampus. Dengan berorganisasi, bakat kepemimpinan mahasiswa akan muncul dan terasah. Sikap inisiatif yang melekat pada ciri calon seorang pemimpin akan terasah melalui aktivitas organisasi. Sikap inisiatif juga sangat dibutuhkan sarjana fresh graduate yang tengah merintis karir profesionalnya. Dan apalagi setiap lembaga atau perusahaan pasti akan memberikan apresiasi positif kepada setiap pegawai maupun karyawannya yang selalu mempunyai inisiatif segar untuk memajukan lembaga atau perusahaan. Sebab pembinaan intelektual dan spiritualisme Islam yang terjadi di luar kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak mahasiswa memperoleh kematangan berpikir, wawasan keislaman dan ketrampilan berorganisasi justru dari kegiatan-kegiatan ekstra kampus. Peran organisaasi remaja masjid (REMAS), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), UKM-KI dan organisasi lainnya terbukti sangat kontributif dalam menciptakan iklim intelektualisme di kalangan mahasiswa. Tidak aneh, karenanya jika terdapat banyak perguruan tinggi atau dunia kerja (stakeholder) yang memilih calon-calon tenaga edukatifnya dan pegawai administrasinya yang membawa surat rekomendasi dari lembaga atau organisasi ekstra dan kelompok-kelompok belajar mahasiswa. Alasannya karena mereka dinilai lebih matang kepribadianya, lebih terampil kerjanya dan lebih dedikatif dalam menjalankan tugasnya.
Memang melihat kondisi mahasiswa sekarang ini kadang paradoks. Disatu sisi doa yang selalu diucapkan dan diwiridkan oleh kalangan mahasiswa FAI khususnya dan ummat Islam pada umumnya selalu “Rabbana atina fiddunnya hasanah wafil akhirati hasanah”. Disisi yang lain ternyata terdapat jurang kesenjangan yang begitu lebar dan menganga antara identitas ajaran agama yang diyakini benar, hebat dan  tinggi. Namun realitas perilaku para pemeluknya seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya. Hemat kita, dari doa ini mengajarkan bahwa setiap mahasiswa tidak boleh sudah puas dan bangga dengan hanya menyabet IP yang tinggi, namun harus dibarengi juga dengan mahu dan mampu berorganisasi. Sebab  kalau dirunut ke belakang, mahasiswa yang hanya mengejar IP tinggi dengan harapan gampang dapat kerja adalah mentalitas peninggalan kolonialisme Belanda. Kolonialis yang satu ini memang secara sistematis telah mendesain Hindia Belanda sebagai negara pegawai (Beambtenstaat). Pada masa itu, para orang tua dari kalangan priyayi (bangsawan) bercita-cita agar anaknya kuliah di OSVIA (kini IPTDN) yang mencetak calon-calon pegawai negeri. Padahal minesit seeperti ini, kolonial Belanda sangat diuntungkan karena mendapatkan suplai pegawai-pegawai bumiputera yang loyal mengabdi kepada penjajah. Tentu saja, para mahasiswa OSVIA tersebut tidak diizinkan berorganisasi sebagaimana rekannya-rekannya di THS (kini ITB) dan STOVIA (kini FK-UI).
Namun ketika kini Indonesia sudah merdeka yang ke-67 pada 2012 ini. Plus tidak adanya tekanan dari rezim Orde Baru, maka kebebasan berorganisasi pun tidak dikekang seperti dulu. Maka, sudah seeharusnya para mahasiswa tidak lagi menjadi mahasiswa kupu-kupu yang habis kuliah langsung pulang. Tetapi harus pro aktif mengisi waktu luangnya dengan aktivitas yang bermanfaat bagi pengembangan dirinya, baik berorganisasi, berwirausaha (jiwa enterpreneurship) dan lain-lain.
Dari sini kita semua tahu bahwa mahasiswa, disamping harus pandai berorganisasi dan bahkan kalau perlu harus ditanamkan dan  dikembangkan jiwa enterpreneurship. Untuk menuju kesana, dalam Pandangan Avin Fadilla Helmi-Rista Bintara Megasari ada empat faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik jiwa enterpreneurship mahasiswa. Pertama, lingkungan keluarga dan masa kecil. Beberapa penelitian berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan semangat jiwa enterpreneurship. Ternyata bahwa anak urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk berwirausaha. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat jiwa enterpreneurship ternyata memiliki pengaruh yang signifikan. Kedua, pendidikan. Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan penting dalam penumbuhan semangat kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya. Ketiga, Nilai-nilai Personal. Nilai-nilai personal yang akan mewarnai usaha yang dikembangkan seorang wirausaha. Nilai personal akan membedakan dirinya dengan pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, suplier, dan pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya. Dan keempat, Pengalaman Kerja (organisasi). Pengalaman organisasi ternyata juga menjadi salah satu pemicu hal yang menyebabkan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur

KHATIMAH
Sebagai catatan akhir, yaitu perlunya menyusun kembali format dan strategi antara berorganisasi dan pendidikan akademik bagi kalangan mahasiswa. Mempertemukan dua tuntutan ini sangat penting, mengingat tantangan mahasiswa ke depan akan lebih keras dan hebat. Dan persoalan ini kalau tidak digarap dengan serius dan hati-hati, maka aspek ini akan banyak diambil alih oleh kelompok-kelompok studi, remaja masjid, dan organisasi-organisasi politik dan sosial kemasyarakatan yang lain.
Kuliah dan berorganisasi menurut hemat kita sama pentingnya, asalkan mahasiswa pandai mengatur waktunya. Sebab ilmu itu bisa didapat dari berbagai sumber, tidak hanya didapat di waktu kuliah ansich. Dengan organisasi kita bisa dapat ilmu,  bagaimana cara memanaj waktu yang efektif dan efesien ? bagaimana cara menghargai pendapat orang lain? bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat ? Dan lain-lain. Dan ilmu seperti ini mungkin tidak semuanya bisa didapat di dalam bangku perkuliahan. Wallahhu a’lam.

Rubrik Kesehatan "Mentimun yang kaya manfaat "

Written By Unknown on Kamis, 02 Mei 2013 | 17.11

MENTIMUN YANG KAYA MANFAAT


Disebut buah atau disebut juga sayur. Mentimun adalah jenis labu-labuan yang tumbuhnya setengah merambat dan hanya hidup di satu musim saja.

Tanaman yang satu ini akan mati setelah berbunga dan berbuah. Menghasilkan buah yang berwarna hijau dan akan kekuningan saat tua. Ketebalan dagingnya beraneka ragam, semakin tua daging buah akan semakin tipis. Di dalamnya terdapat banyak biji yang juga bisa dimakan.

Aroma buahnya khas dan meninggalkan kesegaran yang tak pernah bosan dihirup semua orang. Tak hanya berkhasiat di dunia kuliner dan kesehatan, mentimun ini juga kaya manfaat di dunia kecantikan.

Berikut adalah 8 fakta mentimun yang perlu Anda tahu.

Fakta 1: Mentimun dapat dimanfaatkan sebagai pencegah peradangan, dapat dimakan mentah maupun diolah terlebih dahulu. Untuk itu, saat Anda berjerawat disarankan agar mengonsumsi mentimun.

Fakta 2: Buah ini punya kemampuan diuretik, yang akan mendinginkan pencernaan serta membersihkannya. Ia akan memperlancar pencernaan sehingga buang air kecil dan besar tidak akan jadi masalah lagi bagi Anda.

Fakta 3: Di dunia medis, ditemukan fakta bahwa mentimun dapat membantu mempercepat proses penyembuhan arthritis, paru-paru, sakit perut dan cacingan.

Fakta 4: Kaya manfaat dan nutrisi, sayangnya apabila diolah menjadi acar, nutrisi mentimun akan berkurang jumlahnya.

Fakta 5: Apabila diolah menjadi jus, mentimun dapat meringankan penyakit hati dan lambung. Penderita maag biasanya dianjurkan mengonsumsi mentimun. Tetapi sayangnya jika terlalu banyak maka tekanan darah akan turun.

Fakta 6: Mentimun dapat menyegarkan mata dan menyamarkan noda hitam di lingkaran mata. Caranya adalah dengan mengompreskan mentimun pada mata saat tidur.

Fakta 7: Tak hanya baik untuk kulit, mentimun juga baik untuk merawat kesuburan rambut. Caranya adalah dengan mencampur dengan wortel, bayam dan selada, kemudian diolah sebagai jus. Diminum tiga kali seminggu agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Fakta 8: Dipakai sebagai masker, mentimun dapat melembabkan kulit serta menyembuhkan jerawat.

Ternyata banyak juga kan manfaat dari buah mentimun ini. Yuk selalu simpan di dapur dan petik manfaatnya setiap hari.


SUMBER INTERNET

LEMBAGA PERS MAHASISWA IQRA FAI UNISDA LAMONGAN



A.    Tentang IQRA
IQRA adalah suatu media yang bergerak aktif dibidang pers di fakultas Agama Islam Unisda Lamongan yang berdiri pada 1 Maret 2011. IQRA FAI UNISDA Lamongan memang terbilang sangat baru, namun hal tersebut tidaklah menjadi kendala, sebaliknya menjadi sebuah tantangan dan kebanggaan tersendiri bagi seluruh anggota yang bernaung didalamnya. Karena IQRA adalah tempat menyalurkan minat dan bakat mahasiswa FAI dalam mengembangkan kemampuan menulisnya. Wujud nyata kegiatan rutin IQRA adalah diterbitkannya majalah IQRA.
Majalah IQRA adalah majalah yang optimis dan menyenangkan, seperti jargonnya, “Smart And Fun”. Merupakan media ekspresi mahasiswa FAI UNISDA LAMONGAN  yang memiliki peran strategis dalam turut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara yang mudah dan menghindari kesan “menggurui”.
Dan yang membuat majalah ini begitu unik dan berbeda adalah gaya hidup cerdas, optimis dan menyenangkan yang kini diusungnya. Majalah IQRA konsisten untuk tampil berbeda dan merupakan icon semangat mahasiswa sebagai generasi muda yang dinamis dan Islami
B.     TUJUAN
*      Membina, mengayomi dan melindungi daya juang Pers Mahasiswa untuk membentuk pola pikir mahasiswa sebagai agen perubahan dengan orientasi kemajuan dan perkembangan mahasiswa FAI UNISDA Lamongan.
*      Menjadi media atau wadah segala kreatifitas mahasiswa FAI UNISDA LAMONGAN.

C.    VISI DAN MISI
*      Visi :

Mewujudkan Mahasiswa FAI yang aktif, kreatif dan Inovatif menuju perubahan

*      Misi :
a.       Meningkatkan semangat menulis Mahasiswa FAI
b.      Menjadikan IQRA sebagai media Dakwah
c.       Mewadahi kreatifitas mahasiswa FAI UNISDA Lamongan

D.    Susunan Redaksi IQRA 2013/2014
Penasihat                                 :           Drs H Masmuin. M.Pd.i,  H. M Ufuqul Mubin. M.Ag,
Pemimpin Redaksi                  :           Ahmad Khoyin
Wakil Redaksi                         :           Siti Rohma                 
Kesekretariatan                       :           M. Midkhol Huda
Keuangan                                :           Ismi Latifatul Ula
Redaktur Pelaksana                :           Ahmad Khoyin
Redaktur                                 :           Moch Rohman, Fita Wulandari, Khoirotun Nisa, Alvi Zahriani, Fafi
Rahmatillah, Ainul Rofiqoh, Siti Nurul Fadilah, Titin Devy Nur Aini,
M. Khoirul Efendi
Editor                                      :           M. Faiq
Setting & Lay out                   :           M. Khoirul Zamroni
Dokumentasi                           :           Erianto Krisbiantoro

E. Program Kerja
Pertama, penerbitan produk jurnalistik dalam dua bentuk, yaitu majalah IQRA dan buletin IQRA News. Majalah IQRA diterbitkan setiap satu semester sekali. Sementara buletin IQRA News terbit setiap dua bulan sekali. selain itu juga ditambah mading setiap 1 minggu sekali.
Kedua, pelatihan-pelatihan. LPM IQRA FAI UNISDA merasa perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan mengikuti pelatihan-pelatihan jurnalistik, baik yang diselenggarakan oleh LPM IQRA FAI UNISDA sendiri maupun pihak-pihak lain di luar LPM IQRA FAI UNISDA dan universitas.
Ketiga, kaderisasi anggota baru. Setiap tahunnya, LPM IQRA FAI UNISDA membuka penerimaan bagi anggota baru yang diselenggarakan dalam beberapa tahap kegiatan. Kaderisasi dimulai dari penerimaan anggota baru pada awal tahun akademik dengan seleksi masuk berupa wawancara. Selanjutnya, anggota baru mengikuti Pendidikan Dasar (Dikdas) untuk membekali anggota baru dengan materi-materi jurnalistik dasar dan pengenalan tentang LPM IQRA FAI UNISDA. Tahap berikutnya adalah masa magang yang akan mengajak anggota baru berpraktek langsung dalam kegiatan jurnalistik LPM IQRA FAI UNISDA. Di akhir proses magang, anggota baru akan diberi kesempatan untuk menggarap produk dalam bentuk buletin edisi magang untuk kemudian diterbitkan. Di pertengahan tahun, seluruh anggota LPM IQRA FAI UNISDA akan mengadakan Pendidikan Lanjut bagi semua anggotanya, masih dengan materi jurnalistik.
Keempat, LPM IQRA FAI UNISDA juga menggelar diskusi-diskusi ringan dan nonton film dalam rangka memperkaya wacana anggota. Kegiatan ini dikemas tidak hanya dalam situasi formal namun juga lewat obrolan santai sambil minum kopi bersama.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. LPM IQRA FAI UNISDA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger